"Sejarah Masyarakat Adat Lembak Bengkulu"
Bermula Tuanku Baginda Sebayam itu, ada memelihara Hulubalang 40 orang pilihan. Pada setiap hari bertukar tukar jaga dalam istana Baginda itu. Pada suatu malam Baginda keluar. Maka sembah Hulubalang yang sedang berjalan itu: “Ya Tuanku Syah Alam, ini ada seorang laki-laki baru datang pada malam ini. Dia datang dari Palembang mau menyerahkan diri kebawah duli tuanku, tetapi hamba belum tahu namanya”. Maka orangitu sujud kepada kaki Baginda dan menuturkan segala hal iihwal kedatangannya: adapun patik ini datang dari Palembang dan nama patik SINGARAN PATI asal orang dari Lembak Beliti Tabah pingin Palembang. pada suatu ketika patik kena fitnah. Kata orang patik berbuat jahat dengan anak perempuan anak mamak patik. Patik mau dibunuh oleh mamak patik. Rasanya patik tidak dapat meloloskan diri, maka patik menikamnya terlebih dahulu, lalu ia mati . maka orang Pedusunan sepakat mengatakan patik sudah melakukan dua kesalahan.lalu patik dihantar kepada sultan Palembang. Mendapat hukuman menjadi budak raja seumur hidup. Maka patik diperintahkan menjadi Sultan Penunggu Indah Larangan. Maka patik bergelar ISWANDA.
Pada suatu hari anak Sultan yang bernama PUTERI SINARAN BULAN yaituremaja puteri yang cantikparasnya, turun mandi di indah larangan itu. Tiba-tiba takdir Allah S.w.t disambar oleh buaya hidung kajang besarnya. Maka gegerlah segala isi Negeri.
setelah orang –orang besar bermufakat berdasarkan titah Sultan, tidak bisa di tolak saya disuruh membunuh buaya itu. Karena itu kesalahan saya kurang hati-hati menjaga Indah larangan itu. Maka saya meminta untuk mengumpulkan segala senjata yang ada di Palembang. Setelah semuanya terkumpul, maka saya serakkan dengan beras sudah dikunyiti dipanggil ayam makan beras itu. Ada sebuah keris kecil yang sudah berkaratsejengkal panjang matanya dimakan ayam, lalu ayam itu mati. Dengan seketika itu pula keris tersebut yang saya bawa menyelam kedalam sungai Palembang. Setelah bertemu dengan Buaya itu, lalu saya tikam. Lukanya cuma sedikit , tapi Buaya itu langsung mati. Dan bangkainya lamgsung merapung diatas air. Dari keris yang saya bawa menyelam itu, saya sembunyikan dibawah Indah Larangan antara air dengan darat. Kemudian saya menghadap junjungan Sultan untuk mengatakan kalau Buayanya sudah mati, tetepi keris penikamnya hilang. Kaya Sultan , apa boleh buat asal mati Buaya itu tak apalah. Buaya itu dibelah perutnya oeh orang-orang , terdapat didalam perutnya mayat sang Puteri sepwerti orang tidur saja. Tidak ada yang cacat sedikitpun dari tubuhnya. Hanya sekedar jiwanya saja yang hilang dari raganya. Pada malamnya saya lari membawa keris itu menuju kehulu Palembang. Dengan maksud ingin kembali kedusun saya. Kemudian saya sadar kalau masih berada dalam kawasan Palembang pasti akan dapat oleh Sultan. Sebab itulah maka saya llri kebawah duli Yuanku disini minta hidup kepada tuanku. karena hamba lari dari rumah Raja, sekarang hamba kerumah Raja disini. Hamba serahkan jiwa hamba kepada Tuanku. Dari keris si Kuku Gagak penikam Buaya itu, ini hamba persembahkan untuk Tuanku. Setelah baginda mendengar segala cerita Iswanda maka bertanya: “apa kedudukanmu di Dusun mu? Jawab Iswanda: “kalau suku patik ialah pesirah didalam Marga Dusun Taba Pingin”. Maka tinggallah Iswanda dibawah perintah hulubalang Tuanku baginda Sebayam. Lama kelamaan banyaklah pengabdian Iswanda kepada baginda. Mana pekerjaan yang sukar- sukar tidak dapat dikerjakan oleh orang lain maka Iswandalah yang mengerjakannya. Adalah sifat Iswanda menurut adat seorang hamba dengan Tuannya bila dipanggil datang, disuruh pergi, ditegah diam. Baginda terlalu sayang padanya. Lama kelamaan maka Iswanda diangkat oleh Baginda menjadi anak. Anak satu menjadi dua anak 2 menjadi 3 sebaik seburuk dengan anak cucu Tuanku Baginda Sebayam. bersumpah setia dengan seberat- beratnya. Sesekali tidak boleh lancung aniaya kedua pihak. Siapa yang mungkir janji dimakan sumpah, dikutuk bisa kawi, dikutuk Qur’an 30 juz jatuhlah murka allah dengan seberat-beratnya, Kalau hilang sama dicari, terbenam sama diselam, selama air hanyut, selama gagak hitam, tidak lapuk di hujan, tidak lekang dipanas selama-lamanya.
Setelah Iswanda diangkat menjadi anak oleh Tuanku Baginda Sebayam, maka ia diberisebidang tanah. Yaitu antara Sungai Bengkulu dengan Sungai Hitam kehulunya hingga Air Rena Kepahyang, Kehilir Pesisir Laut. Inilah batas tanah yang diberi Tuanku baginda Sebayam kepada Iswanda yang diangkat menjadi anaknya.
Maka kedengaran khabarnya kepada adik sanak Iswanda mengatakan Iswanda sudah diangkat anak oleh raja Bengkulu. Banyklah mereka itu datang dari Lembak Beliti menurut Iswanda. Apabila sudah banyak familinya, mak Iswanda suruh cincang lati di Pungguk Beriang namanya di Pinggir Air Sungai Hitam. Tempat itulah mula-mula Iswanda membuat Dusun. Duduklah ia memerintah tanah bumi yang sudah dikasih oleh Tuanku baginda Sebayam. sebab inilah ia bernama Raja Sungai Hitam. Karena diam di pinggir Air Sungai Hitam. Apabila Iswanda sudah tetap berdusun dan memerintah, makin bertambah-tambah juga datang kaum kerabatnya. Maka bertambahlah Dusunnya.demikianlah adanya dibuat pada tahun 938 Hijrah.
Setelah wafat Baginda Sebayam, beliau diganti dengan anaknya yang bernama Baginda Senanap yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa ini data lagi seorang dari Tabah Pingin yang bernama Abdus Syukur, seorang ulama. Dia menemui Baginda Senanap, kemudia beliau disuruh menemui Iswanda, karena Abdus Syukur juga masih kerabat Iswanda. Abdus Syukur inilah yang menjadi asal nenek moyang orang Pagardin yang mula-mula menyiarkan Agama Islam di Sungai Hitam sampai ke Lembah Delapan. Abdus Syukur sering disebut dengan Tuan Tue (dimakamkan di Dusun Paku Aji)
Kemudian datang juga orang dari Lembak Beliti, yaitu Jukuang, Jakat, Darti dan Lubuk Bisu. Mereka menemui Raja Sungai Lemau, buat minta lahan sebagai tempat tinggal. Akhirnya mereka disuruh tinggal di dipinggi Air Bengkulu sebelelah kiri mudik, yang juga termasuk lahan yang diberikan kepada Iswanda. Mereka inilah yang menjadi Nenek moyang orang Marga Mentiring.
Setelah wafat Paduka Baginda Muda, maka beliau digantikan oleh anaknya yang bernama Tuanku Baginda Kembang Ayun (dimakamkan di Kembang Ayun), kemudian digantikan anaknya Tuanku Baginda Burung Binang. Saat tuan Baginda Burung Binang memerintah datang dua orang Suami Istri, Suaminnya Orang Rejang, sedang Istrinya orang Lembak. Ke datangannya juga meminta lahan, akhirnya diberikan lahan di kuala Air Palik Persembahannya adalah seekor kerbau bertali rambut, diikat di batang cekur di halaman tempat tuanku Burung Binang (Kubur Tuanku Burung Binang diseberang Ds Kederas Lama). Dia diangkat menjadi Pembarab, tetapi bukan pembarab dibawah pasirah, melainkan Pembarab dibawah raja yang sama kedudukannya dengan pasirah, serta dikurnia pula sedikit angkatan/pasukan. Jika kerja baik atau kerja buruk, boleh dia memakaialam halilipan, karena balasan persembahannya itu. Dialah asal nenek moyang orang Lubuk Tanjung.
Pada saat itu datang juga orang dari Muara Lakitan, Lembak Darat laki-laki dan perempuan dari kaum kerabat Iswanda, pada saat itu Iswanda sudah meninggal.Mereka meminta lahan kepada Raja Sungai Lemau, kemudia diber oleh Tuanku Baginda tanah dipinggir air Bengkulu disebelah kanan mudik dan disebelah hulu hingga air Lapur. Mereka inilah menjadi nenek moyang orang Porwatin dua belas tepi air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar