Selasa, 08 November 2016

Dusun Renah Kandis Kabupaten RL Bakal Miliki Madrasah Unggulan

Bengkulu (Informasi dan Humas) 8/10- Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 2 jam rombongan pejabat dilingkungan Kemenag Kabupaten Rejang Lebong sampai ke dusun Renah Kandis desa Derati Kota Padang 07 Oktober 2014 sekitar jam 13.00 wib, dalam acara peresmian Masjid Al-Muhajirin dan pemotongan hewan kurban di daerah yang selama ini belum punya tempat ibadah dan sekolah , karena jarak tempuhnya dari desa Drati Kota Padang agak jauh lebih kurang 7 Km . 
Dalam acara ini dihadir Danramil setempat,Ka. Desa Drati Supiyadi , Kepala Kemenag Rejang Lebong Drs.H.M.CH. Naseh,M.Ed, Kasubag TU Drs .Suhardi Hirol,M.Pd, Para Kasi, Kepala Sekolah dan Kepala KUA se Kab. Rejang Lebong .
Dalam sambutanya Ka. Desa Drati Supiyadi menyampaikan, bahwa dusun Renah Kandis, Rencananya memang akan dimekarkan menjadi desa , sehubungan belum mencukupi jumlah warganya maka belum bisa kita mekarkan. Kehadiran Sekolah Filial MIN Drati yang telah mempunyai siswa 27 orang dan telah memiliki masjid bisa menjadi cikal bakal sekolah agama/ Madrasah unggulan di masa yang akan datang . 
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Kepala Kantor Kemenag Rejang Lebong Drs.H.M.CH. Naseh,M.Ed, bahwa masjid dan sekolah madrasah ini adalah sarana belajar untuk menjadikan generasi penerus yang mempunyai kualitas karena di tangan anak-anak inilah yang akan meneruskan pembangunan bangsa di masa yang akan datang , terutama di bidang keagamaan.
Keberadaan masjid Al Muhajirin ini dapat dipergunakan sebagai tempat beribadah shalat lima waktu sehari semalam, dapat dipergunakan sebagai tempat belajar bagi anak-anak , remaja maupun orang tua seperti membaca, iqra, Al-Qur`an, Fiqh, Sejarah Islam maupun pelajaran tafsir. Ini diupayakan guna menciptakan generasi muda yang mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang Islami, taat terhadap agama , orang tua dan berguna bagi bagi nusa dan bangsa . 
Pembangunan MIN filial Drati dan masjid adalah Ide dari Ka.Kemenag Rejang lebong Drs.H.M.CH. Naseh,M.Ed,. Ini berangkat dari rasa kepedulian yang tinggi melihat saudara se iman yang belum mempunyai sarana untuk beribadah dan sekolah. Dengan gerakan bersama mengumpulkan sumbangan dari seluruh pejabat Struktural maupun fungsional dan Kepala Sekolah serta Baznas Rejang Lebong telah disalurkan untuk pembangunan Masjid Al Muhajirin dan Madrasah sebagai cikal bakal Sekolah Madrasah Negeri di masa yang akan datang.

Dikutip dari: Rabu, 8 Oktober 2014, 10:41 – Pendidikan https://bengkulu2.kemenag.go.id

Senin, 07 November 2016

Truk Masuk Sungai Ternyata Hasil Curian



Meskipun sudah dilakukan penyelaman hingga tiga kali, namun upaya evakuasi truk yang masuk ke dalam Sungai Napal Lung yang berada di perbatasan Desa Guru Agung dengan Desa Karang Baru Kecamatan Padang Ulak Tanding kemarin belum membuahkan hasil. Pasalnya truk terjepit antara bebatuan di dasar sungai sehingga membutuhkan alat berat khusus untuk mengangkatnya.

Namun demikian, Tim SAR dari Bengkulu bersama jajaran Polsek Padang Ulak Tanding dan Koramil Padang Ulak Tanding berhasil menemukan satu buah dompet berisi STNK dan SIM di dalam dashboard mobil serta satu buah bantal. STNK dengan nopol BG 8432 W atas nama Hasna Dewi alamat Dusun Margo Mulyo RT 2/1 Kelurahan Dempo Makmur Kecamatan Pagar Alam Utara. Sedangkan SIM atas nama Yatin Harianto alamat Kelurahan Talang Jawa Selatan 5/4 Kecamatan Lahat Kabupaten Lahat, Sumsel. 

Kapolres Rejang Lebong AKBP Napitupulu Yogi Yusuf, SH, SIK melalui Kapolsek Padang Ulak Tanding Iptu Djarkoni mengatakan berdasarkan STNK dan SIM yang ditemukan, pihaknya melakukan kordinasi dengan Polres Kota Pagar Alam. Dan terungkap jika truk warna hijau itu ternyata mobil yang hilang dicuri sejak Jum'at (28/10) sekira pukul 01.30 WIB. Mobil hilang saat diparkirkan di depan rumah korban. "Besok, (Hari ini, red) pihak Polres Kota Pagar Alam datang ke lokasi guna mengecek langsung," imbuh Djarkoni.

Lebih jauh Kapolsek mengungkapkan, Tim SAR juga melakukan upaya penyelaman di sekitar lokasi truk untuk mencari kemungkinan adanya korban yang ikut tenggelam. Namun meskipun sudah dilakukan pencarian hingga ke dasar sungai, tetap tidak ditemukan. "Tampaknya pengemudi berhasil melompat keluar sebelum mobil masuk ke sungai," ungkap Djarkoni.

Sementara itu, dari pantauan RPP di lokasi, proses evakuasi kemarin tetap menarik perhatian warga sekitar. Di tepi sungai masih terlihat kerumunan warga yang penasaran ingin melihat langsung proses evakuasi. Bahkan Danramil PUT, Kapten Inf. Untung Pribadi dan Camat Padang Ulak Tading, Rosita M, SH juga terlihat turun langsung ke lokasi guna menyaksikan proses evakuasi. 

Kepala Regu Tim SAR dari Bengkulu, Artoni saat dikonfirmasi di sela - sela proses evakuasi mengatakan untuk membantu proses evakuasi ini, pihaknya menurunkan 5 orang personel, tiga diantaranya penyelam, lengkap dengan peralatan menyelam.

Ia menerangkan, penyelaman dilakukan tiga kali. Pada penyelaman pertama  posisi mobil berhasil ditemukan dan setelah diperiksa ditemukan dompet berisi SIM dan STNK. 

Upaya penyelaman menjadi terhambat karena air keruh sehingga penglihatan tim di dalam air tidak jelas. Karena itu dilakukan penyelaman kedua dengan mengunakan alat penerang khusus dalam air. "Pada penyelaman kedua semua sudut sudah kita susuri namun korban tetap tidak ditemukan. Begitu juga dengan pencarian ketiga,” ungkapnya. 

Sementara itu Danramil PUT, Kapten Inf Untung Pribadi mengatakan pihaknya tetap akan memantau lokasi meskipun hasil pencarian tidak ditemukan adanya korban. “Kita akan tetap pantau siapa tahu ada korban yang muncul di permukaan air,” ujarnya.

Terkenal Angker
Disisi lain, Kapolsek PUT, Iptu Djarkoni mengungkapkan lokasi nyemplungnya mobil selama ini memang dikenal angker. Di lubuk Napal Lung tersebut setidaknya sudah lima kali terjadi kecelakaan yang sopir maupun penumpangnya tewas tenggelam termasuk satu unit eksavator. "Sebelum dump truk ini, di tempat yang sama mobil organ juga nyemplung. Biduan dan tukang suling tewas tenggelam, memang lubuk sungai Napal Lung kerap menelan korban jiwa," singkat Djarkoni. 

Kursus Komputer


Kini telah hadir Pusat Kursus dan Pelatihan Komputer di Desa Derati Kecamatan Kotapadang Kab. Rejang Lebong. Lembaga kursus tersebut dipimpin oleh Bapak Sirad Huda, S.Pd. Adapun kegiatan kursus dibuka pada siang hari hingga sore hari, tepatnya setelah pulang sekolah. Dengan demikian, bagi anda yang masih berstatus pelajar di salah satu sekolah, kegiatan kursus tidak akan menggangu kegiatan jam sekolah.

Pak, gimana dengan biaya nya?
Oo..kalo masalah biaya sih, insya Allah terjangkau kok. Sistem pembayaran terbagi menjadi 2, pertama, jika langsung LUNAS maka cukup bayar Rp.400.000,- saja, tapi tenang kok kawan..! Kalo kalian merasa kesulitan untuk bayar cash, biasa ambil pilihan kedua kok, yaitu dengan Biaya Rp.450.000,- bisa dicicil sebanyak 3 kali, (Rp.150.000,- dibayar saat mendaftar kursus, Rp.150.000,- lagi saat pertengahan kegiatan materi kursus, dan Rp.150.000,- nya lagi saat sudah selesai semua materi dan siap-siap menerima sertifikat kelulusan, gimana..??? Mantap kan..!!

Ini contoh sertifikat kursus nya:

Truk Nyemplung ke Sungai



Warga Desa Guru Agung dan Desa Karang Baru Kecamatan Padang Ulak Tanding kemarin mendadak heboh. Pasalnya, ada satu unit dump truck warna hijau nyemplung ke Sungai Napal Lung yang berada di perbatasan kedua desa tersebut. Peristiwa terjadi Minggu (30/10) sekira pukul 11.04 WIB.

Kapolres Rejang Lebong AKBP Napitupulu Yogi Yusuf, SH, SIK melalui Kasat Lantas AKP Dista Nali Putra, SIK didampingi Kapolsek Padang Ulak Tanding Iptu Djarkoni membenarkan kejadian ini. Menurut dia, truk terendam hingga ke dasar sungai sedalam 15 meter. Karena terkendala alat maka evakuasi bisa belum dilakukan. “Kita masih menunggu mobil evakuasi dari BPBD Provinsi Bengkulu. Saat ini sedang dalam perjalanan dari Bengkulu,” ucapnya.

Lebih jauh Kapolsek mengungkapkan, diduga truk saat terendam sedang membawa muatan berat. Ini terlihat dari masih adanya penutup terpal di bak truk setelah ada anggota menyelam langsung di lokasi. Namun pihaknya belum bisa memastikan muatan apa yang dibawa dan berapa nopolnya. Sebab truk berada di dasar sungai dan anggota kesulitan untuk menyelam lebih dalam karena air sungai keruh akibat bercampur solar.  

Sementara itu, kabar nyemplungnya truk ke dalam sungai langsung menarik perhatian warga sekitar. Puluhan warga berbondong-bondong mendatangi lokasi kejadian untuk melihat langsung kondisi truk yang terendam. 

Kejadian ini juga mengundang perhatian para pengguna jalan. Baik pengendara mobil maupun motor berhenti di sisi sungai untuk melihat kejadian. Akibatnya sempat terjadi kemacetan akses lalulintas dari PUT menuju Kecamatan Kota Padang. 

Salah seorang anggota Babinsa Koramil PUT di Desa Guru Agung, Sukirman mengungkapkan kejadian ini pertama kali diketahui oleh rombongan pemburu Babi Minggu (30/10) sekitar pukul 11.04 WIB. Saat itu rombongan melihat ada terpal di sungai dan melihat banyak tumpahan solar di permukaan air. 

BBPP Durian Mas Terbengkalai


Sebanyak 3 unit bangunan milik Balai Benih Pertanian dan Palawija (BBPP) Rejang Lebong di Desa Durian Mas Kecamatan Kota Padang, mengalami kerusakan berat. Ketiga bangunan itu adalah, 2 unit gudang penyimpanan dan 1 unit penggilingan padi. Selain itu, di sini juga terdapat 1 unit mesin penggilingan padi milik BBPP yang sampai saat ini tidak difungsikan, alias terbengkalai.

Dengan rusaknya bangunan dan mesin penggilingan padi tersebut, maka BBPP tidak lagi melayani masyarakat yang hendak menggiling padi mereka. Padahal saat ini, hampir seluruh petani padi sawah di wilayah tersebut sedang turun panen. 
"Tiga unit bangunan ini sudah lama sekali rusaknya, sedangkan mesin penggilingan padi itu memang sudah tidak berfungsi sama sekali," kata Cin, petugas penjaga BBPP Durian Mas.

Dia mengaku tidak mengetahui persis siapa pegawai yang ditempatkan pemerintah daerah di BBPP tersebut. "Sudah 2 tahun ini kami tidak melihat ada pegawai yang datang ke BBPP ini," ujarnya, seraya mengatakan jika dirinya juga tidak tahu harus menyampaikan persoalan tersebut kepada siapa.

Di tempat yang sama, Asdianto, warga setempat mengaku sangat menyayangkan fasilitas pemerintah daerah yang tidak dirawat dan dimanfaatkan. "Setahu saya, dulu memang pernah ada aktivitas di BBPP ini, tapi sekarang memang sudah lama tak ada lagi," ujarnya.

Sementara petugas BBPP Durian Mas, Suhadi Ampd yang disambangi di kediamannya di Kelurahan Kota Padang, membenarkan jika kondisi bangunan BBPP Durian Mas sudah rusak dan tak terawat. "Selama ini bukan saya yang bertugas di sana. Tapi persoalan ini sudah kami sampaikan ke Dinas Pertanian Rejang Lebong. Informasinya akan dilakukan perbaikan tahun depan," pungkasnya. 

Sumber: RPP, Senin 7 November 2016Monday 7, Nov 2016

Sabtu, 05 November 2016

SEJARAH SUKU LEMBAK

Suku bangsa Lembak berdiam di Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Utara, di Kecamatan Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong, di Kecamatan Curup Kabupaten Bengkulu Tengah dan di Kecamatan Gading Cempaka  Kotamadya Bengkulu. Jumlah populasinya sekitar 100.000 jiwa dan mungkin lebih.

Kata Lembak ada beberapa arti. Ada yang mengartikan "lembah", dan juga "lebak", yaitu daratan sepanjang aliran sungai, dan ada pula yang mengartikan "belakang". Masyarakat ini sendiri memang berdiam di daerah pedalaman provinsi Bengkulu, di pegunungan Bukit Barisan yang menjadi perbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan, dari mana bersumber air sungai Musi dan anak-anaknya.

Bahasa Suku Lembak

orang Lembak menyebut bahasa mereka bahasa Bulang yang masih termasuk rumpun bahasa Melayu. Ciri yang menonjol dari bahasa Bulang ini adalah pemakaian vokal "e" untuk menggantikan vokal "a" di belakang sebuah kata. Misalnya apa diucapkan "ape", ke mana diucapkan "kemane", siapa menjadi "siape" dan seterusnya. Pada zaman dulu mereka menggunakan surat ulu.

Mata Pencaharian Suku Lembak

Mata pencaharian utama mereka adalah bertanam padi di sawah, serta sayur-sayuran dan buah-buahan di ladang. Tanahnya yang subur cocok pula dijadikan kebun kopi, cengkeh dan lada. Sebagian lain bekerja sebagai pedagang, tukang kayu dan sebagainya. Pekerjaan bertani umumnya masih dikerjakan secara gotong-royong dan bermusim.

Masyarakat Suku Lembak

Pola perkampungan mereka mengelompok padat di kiri kanan jalan besar atau sungai. Pemukiman seperti itu mereka sebut dusun. Rumah-rumah mereka berdiri di atas tiang-tiang panjang dan pekarangannya tanpa pagar pembatas. Kolong rumah digunakan sebagai tempat menyimpan kayu bakar. Setiap desa dikepalai oleh seorang Kepala Desa. Dalam pekerjaannya Kepala Desa dibantu oleh dua atau tiga orang kepala dusun (kadus), yaitu pejabat yang membawahi dusun yang tergabung ke dalam satu Pemerintahan Desa. Kepemimpinan kaum ulama cukup disegani dalam masyarakat ini.

Kekerabatan Suku Lembak

Bentuk hubungan kekerabatan masyarakat Lembak pada zaman dulu adalah keluarga luas bilateral, tapi dengan adat menetap sesudah kawin yang neolokal. Adat menetap sesudah kawin yang uksorilokal juga ditemukan karena perjanjian adat kawin dimana suami tinggal di rumah pihak isterinya.

Lagu: Lidah Col Betulang

LIDAH COL BETULANG

Due taun kite bekule
Saat akak ngucap ke jenji
Tapi mbai musim la betukar
Akak lahai ninggali aku

Memang lidah col ba tulang
Ngucap jenji col bebukti
Ibarat ayo elam daun keladi
ditiup angen col bebekas

Due musim zaman la betukar
Mbai akak col ingat gi jenji
Due taun aku menunggu
Memang lidah col la ba tulang

Memang lidah col ba tulang
Ngucap jenji col bebukti
Ibarat ayo elam daun keladi
ditiup angen col bebekas

Due musim zaman la betukar
Ngape akak col ingat gi jenji
Due taun aku menunggu
Memang lidah col la ba tulang

Memang lidah...
col la ba tu...lang...





Lagu: SERASAN SEKATE

Ditulis oleh K'Henry, direvisi oleh Anita Rustim.

*
Malam kak kite ndak betemu
Malam kak kite ndak betunang
Amon emak kite la serasan
Cinto kite tetaplah menyatu

Malam kak kite ndak bekule
Malam kak kite ndak besenang
Amon emak kite la serasan
kite bedue serasan sekate

Oi..adik mbai nga nyulong
Oi..adik mbai nga nyulong
Amon emak kite la serasan
kite bedue serasan sekate

Oi..adik mbai nga nyulong
Oi..adik mbai nga nyulong
Amon emak kite la serasan
kite bedue serasan sekate

Back to *

Kite bedue...
serasan...
sekate...



NGARAK PENGANTEN

https://www.youtube.com/watch?v=RHw8O3HVhY4

Makan Ketan



Makan ketan dalam masyarakat Suku Lembak di Provinsi Bengkulu menjadi acara wajib jika mereka menggelar syukuran pernikahan, akikah, dan beberapa ritual budaya suku ini. Beruntung Kompas.com sempat mengabadikan salah satu momen tersebut, bahkan mencicipi legit dan manisnya menu ketan suku ini.

Sebelum mengupas nikmatnya menu ketan tersebut, ada baiknya melihat secara garis besar dari rumpun mana Suku Lembak ini berasal. Dari beberapa literatur, Suku Lembak adalah bagian dari Suku Melayu, suku bangsa yang permukimannya tersebar di Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Rejang Lebong, dan Kabupaten Kepahiang.

Suku Lembak di Kabupaten Rejang Lebong bermukim di Kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi, dan Kota Padang. Di Kabupaten Kepahiang, Suku Lembak mendiami Desa Suro Lembak di Kecamatan Ujan Mas. Suku Lembak juga mendiami wilayah daerah Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Musi Rawas di Provinsi Sumatera Selatan.

Suku Lembak ditengarai tinggal di Bengkulu sejak abad keenam. Sejarah Suku Lembak tidak terlepas juga dari beberapa kerajaan di Palembang, Sumatera Selatan. Layaknya suku lain, Suku Lembak memiliki bahasa yang unik antara masyarakat Lembak dan masyarakat Bengkulu pesisir (kota). Terdapat perbedaan dari segi pengucapan kata yang untuk masyarakat Bengkulu kata-katanya banyak diakhiri dengan huruf "o", sedangkan masyarakat Lembak banyak menggunakan huruf "e". Di samping itu, dalam beberapa hal, ada juga yang berbeda cukup jauh.

Salah satu kebudayaan suku ini adalah budaya manggil berasan, yakni undangan kepada sanak famili menjelang gelar hajatan. Kebiasaan suku ini, jika salah satu pihak memiliki hajatan, maka mereka akan mengundang sanak famili dan tetangga. Undangan manggil berasan ini dimulai oleh tuan pemilik hajat untuk menyampaikan maksud dan tujuan menggelar hajatan.

Kompas.com berhasil merekam hajatan gelar pernikahan antara Rina Apriani dan Heru Satria, di Kota Bengkulu. Layaknya kehidupan masyarakat tradisional menjelang mengundang, para kaum ibu dan bapak menyiapkan masakan yang dikenal dengan makan ketan. Memasak ketan ini dilakukan secara bergotong royong, tidak ada transaksi bisnis di sana.

Untuk 50 tamu undangan manggil berasan, tidak kurang dari 20 kilogram ketan dihabiskan, serta gula merah dan beberapa butir kelapa tua. "Dalam setiap acara manggil berasan, tuan rumah dari Suku Lembak wajib menyiapkan menu makan ketan," kata Demon, salah seorang masyarakat Suku Lembak, Sabtu (9/11/2013).

Ketan akan dimakan pada saat acara manggil berasan selesai. Seuai rapat panitia pembagian kerja pada saat pernikahan, tuan rumah akan menghidangkan ketan yang telah dimasak ke dalam piring. Ketan itu tidak sendiri, tetapi ditemani kuah yang terbuat dari gula merah dan santan sebagai penikmat hidangan. Ketan berwarna putih akan bercampur dengan kuah berwarna seperti cokelat susu.

Aroma wangi ketan dan bau gula merah tercium nikmat tatkala pemilik hajat mulai menghidangkan makanan tersebut. Saat ketan dan kuah gula merah itu disantap, maka sensasi manis dan legitnya ketan akan menari, mulai ujung hingga pangkal lidah. Menu ketan ini akan semakin nikmat tatkala acara tersebut bertepatan dengan musim buah durian.

"Kuah ketan yang terbuat dari gula merah dan santan kelapa itu akan semakin nikmat jika dicampur dengan daging buah durian. Sensasi luara biasa," tambah Demon.

Perlahan tapi pasti, diselingi obrolan para tetua dan tamu undangan, sesendok demi sesendok ketan dan kuahnya berpindah ke dalam perut. Beberapa tamu undangan tampak mohon kepada tuan rumah untuk mengeluarkan lagi makanan itu sekadar untuk tambah.

Beberapa anggota masyarakat mengatakan, makan ketan seperti sekarang sudah mulai hampir ditinggalkan, apalagi masyarakat sekarang jika memiliki hajat karena telah menyerahkan acara kepada penyelenggara alias EO. "Sekarang ini sudah mulai ditinggalkan. Jadi, si pemilik hajat terima beres," kata Sulaiman.


Penulis: Kontributor Bengkulu, Firmansyah
Editor: I Made Asdhiana

Sumber:http://travel.kompas.com/

KESENIAN SARAVAL ANAM



SARAVAL ANAM (Bedikir = berzikir) adalah salah satu bentuk kesenian pada Masyarakat Lembak yang sering disajikan pada acara pernikahan, acara aqiqah dan memperingati maulid Nabi Muhammad SAW

Rumah Adat Suku Lembak


Tidak ada perbedaan yang mendasar antara arsitektur rumah tradisional Suku Lembak dan Suku Rejang. Rumah lama suku lembak juga berbentuk panggung, tampak disini perbedaan yaitu pada atap dan pada bagian beranda, namun pada umumnya rumah-rumah lama suku lembak berupa rumah panggung atau rumah setengah panggung. 

Lokasi foto: Desa Jabi Kec. Sindang Beliti Ulu Kab. Rejang Lebong.

Sejarah Masyarakat Adat Lembak Bengkulu

(Kisah diambil dari beberapa pasal Buku yang dikarang oleh R.H.M. Ilyas dalam huruf Arab, kemudian diterjemahkan oleh anak beliau RM. Yacub)

"Sejarah Masyarakat Adat Lembak Bengkulu"

Bermula Tuanku Baginda Sebayam itu, ada memelihara Hulubalang 40 orang pilihan. Pada setiap hari bertukar tukar jaga dalam istana Baginda itu. Pada suatu malam Baginda keluar. Maka sembah Hulubalang yang sedang berjalan itu: “Ya Tuanku Syah Alam, ini ada seorang laki-laki baru datang pada malam ini. Dia datang dari Palembang mau menyerahkan diri kebawah duli tuanku, tetapi hamba belum tahu namanya”. Maka orangitu sujud kepada kaki Baginda dan menuturkan segala hal iihwal kedatangannya: adapun patik ini datang dari Palembang dan nama patik SINGARAN PATI asal orang dari Lembak Beliti Tabah pingin Palembang. pada suatu ketika patik kena fitnah. Kata orang patik berbuat jahat dengan anak perempuan anak mamak patik. Patik mau dibunuh oleh mamak patik. Rasanya patik tidak dapat meloloskan diri, maka patik menikamnya terlebih dahulu, lalu ia mati . maka orang Pedusunan sepakat mengatakan patik sudah melakukan dua kesalahan.lalu patik dihantar kepada sultan Palembang. Mendapat hukuman menjadi budak raja seumur hidup. Maka patik diperintahkan menjadi Sultan Penunggu Indah Larangan. Maka patik bergelar ISWANDA.

Pada suatu hari anak Sultan yang bernama PUTERI SINARAN BULAN yaituremaja puteri yang cantikparasnya, turun mandi di indah larangan itu. Tiba-tiba takdir Allah S.w.t disambar oleh buaya hidung kajang besarnya. Maka gegerlah segala isi Negeri.

setelah orang –orang besar bermufakat berdasarkan titah Sultan, tidak bisa di tolak saya disuruh membunuh buaya itu. Karena itu kesalahan saya kurang hati-hati menjaga Indah larangan itu. Maka saya meminta untuk mengumpulkan segala senjata yang ada di Palembang. Setelah semuanya terkumpul, maka saya serakkan dengan beras sudah dikunyiti dipanggil ayam makan beras itu. Ada sebuah keris kecil yang sudah berkaratsejengkal panjang matanya dimakan ayam, lalu ayam itu mati. Dengan seketika itu pula keris tersebut yang saya bawa menyelam kedalam sungai Palembang. Setelah bertemu dengan Buaya itu, lalu saya tikam. Lukanya cuma sedikit , tapi Buaya itu langsung mati. Dan bangkainya lamgsung merapung diatas air. Dari keris yang saya bawa menyelam itu, saya sembunyikan dibawah Indah Larangan antara air dengan darat. Kemudian saya menghadap junjungan Sultan untuk mengatakan kalau Buayanya sudah mati, tetepi keris penikamnya hilang. Kaya Sultan , apa boleh buat asal mati Buaya itu tak apalah. Buaya itu dibelah perutnya oeh orang-orang , terdapat didalam perutnya mayat sang Puteri sepwerti orang tidur saja. Tidak ada yang cacat sedikitpun dari tubuhnya. Hanya sekedar jiwanya saja yang hilang dari raganya. Pada malamnya saya lari membawa keris itu menuju kehulu Palembang. Dengan maksud ingin kembali kedusun saya. Kemudian saya sadar kalau masih berada dalam kawasan Palembang pasti akan dapat oleh Sultan. Sebab itulah maka saya llri kebawah duli Yuanku disini minta hidup kepada tuanku. karena hamba lari dari rumah Raja, sekarang hamba kerumah Raja disini. Hamba serahkan jiwa hamba kepada Tuanku. Dari keris si Kuku Gagak penikam Buaya itu, ini hamba persembahkan untuk Tuanku. Setelah baginda mendengar segala cerita Iswanda maka bertanya: “apa kedudukanmu di Dusun mu? Jawab Iswanda: “kalau suku patik ialah pesirah didalam Marga Dusun Taba Pingin”. Maka tinggallah Iswanda dibawah perintah hulubalang Tuanku baginda Sebayam. Lama kelamaan banyaklah pengabdian Iswanda kepada baginda. Mana pekerjaan yang sukar- sukar tidak dapat dikerjakan oleh orang lain maka Iswandalah yang mengerjakannya. Adalah sifat Iswanda menurut adat seorang hamba dengan Tuannya bila dipanggil datang, disuruh pergi, ditegah diam. Baginda terlalu sayang padanya. Lama kelamaan maka Iswanda diangkat oleh Baginda menjadi anak. Anak satu menjadi dua anak 2 menjadi 3 sebaik seburuk dengan anak cucu Tuanku Baginda Sebayam. bersumpah setia dengan seberat- beratnya. Sesekali tidak boleh lancung aniaya kedua pihak. Siapa yang mungkir janji dimakan sumpah, dikutuk bisa kawi, dikutuk Qur’an 30 juz jatuhlah murka allah dengan seberat-beratnya, Kalau hilang sama dicari, terbenam sama diselam, selama air hanyut, selama gagak hitam, tidak lapuk di hujan, tidak lekang dipanas selama-lamanya.

Setelah Iswanda diangkat menjadi anak oleh Tuanku Baginda Sebayam, maka ia diberisebidang tanah. Yaitu antara Sungai Bengkulu dengan Sungai Hitam kehulunya hingga Air Rena Kepahyang, Kehilir Pesisir Laut. Inilah batas tanah yang diberi Tuanku baginda Sebayam kepada Iswanda yang diangkat menjadi anaknya.

Maka kedengaran khabarnya kepada adik sanak Iswanda mengatakan Iswanda sudah diangkat anak oleh raja Bengkulu. Banyklah mereka itu datang dari Lembak Beliti menurut Iswanda. Apabila sudah banyak familinya, mak Iswanda suruh cincang lati di Pungguk Beriang namanya di Pinggir Air Sungai Hitam. Tempat itulah mula-mula Iswanda membuat Dusun. Duduklah ia memerintah tanah bumi yang sudah dikasih oleh Tuanku baginda Sebayam. sebab inilah ia bernama Raja Sungai Hitam. Karena diam di pinggir Air Sungai Hitam. Apabila Iswanda sudah tetap berdusun dan memerintah, makin bertambah-tambah juga datang kaum kerabatnya. Maka bertambahlah Dusunnya.demikianlah adanya dibuat pada tahun 938 Hijrah.

Setelah wafat Baginda Sebayam, beliau diganti dengan anaknya yang bernama Baginda Senanap yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa ini data lagi seorang dari Tabah Pingin yang bernama Abdus Syukur, seorang ulama. Dia menemui Baginda Senanap, kemudia beliau disuruh menemui Iswanda, karena Abdus Syukur juga masih kerabat Iswanda. Abdus Syukur inilah yang menjadi asal nenek moyang orang Pagardin yang mula-mula menyiarkan Agama Islam di Sungai Hitam sampai ke Lembah Delapan. Abdus Syukur sering disebut dengan Tuan Tue (dimakamkan di Dusun Paku Aji)

Kemudian datang juga orang dari Lembak Beliti, yaitu Jukuang, Jakat, Darti dan Lubuk Bisu. Mereka menemui Raja Sungai Lemau, buat minta lahan sebagai tempat tinggal. Akhirnya mereka disuruh tinggal di dipinggi Air Bengkulu sebelelah kiri mudik, yang juga termasuk lahan yang diberikan kepada Iswanda. Mereka inilah yang menjadi Nenek moyang orang Marga Mentiring.

Setelah wafat Paduka Baginda Muda, maka beliau digantikan oleh anaknya yang bernama Tuanku Baginda Kembang Ayun (dimakamkan di Kembang Ayun), kemudian digantikan anaknya Tuanku Baginda Burung Binang. Saat tuan Baginda Burung Binang memerintah datang dua orang Suami Istri, Suaminnya Orang Rejang, sedang Istrinya orang Lembak. Ke datangannya juga meminta lahan, akhirnya diberikan lahan di kuala Air Palik Persembahannya adalah seekor kerbau bertali rambut, diikat di batang cekur di halaman tempat tuanku Burung Binang (Kubur Tuanku Burung Binang diseberang Ds Kederas Lama). Dia diangkat menjadi Pembarab, tetapi bukan pembarab dibawah pasirah, melainkan Pembarab dibawah raja yang sama kedudukannya dengan pasirah, serta dikurnia pula sedikit angkatan/pasukan. Jika kerja baik atau kerja buruk, boleh dia memakaialam halilipan, karena balasan persembahannya itu. Dialah asal nenek moyang orang Lubuk Tanjung.

Pada saat itu datang juga orang dari Muara Lakitan, Lembak Darat laki-laki dan perempuan dari kaum kerabat Iswanda, pada saat itu Iswanda sudah meninggal.Mereka meminta lahan kepada Raja Sungai Lemau, kemudia diber oleh Tuanku Baginda tanah dipinggir air Bengkulu disebelah kanan mudik dan disebelah hulu hingga air Lapur. Mereka inilah menjadi nenek moyang orang Porwatin dua belas tepi air.









ASAL MUASAL SUKU LEMBAK

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam Suku bangsa dimana setiap Suku memiliki kebudayaan yang berbeda pula, begitu juga halnya dengan masyarakat Bengkulu. Selanjutnya masyarakat Bengkulu ini kalau ditilik dari segi bahasanya dapat dibedakan atas beberapa etnis yaitu Serawai, Rejang, Melayu, Enggano, Muko-Muko, Pekal, Kaur dan Masyarakat Lembak. Masyarakat Lembak atau juga yang dikenal dengan Suku Lembak yang merupakan bagian dari masyarakat Bengkulu, tersebar di Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara yang berbatasan dengan Kota Bengkulu, sebagian berada di Kabupaten Redjang Lebong terutama di Kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi dan Kota Padang, dan juga berada di daerang Kabupaten Kepahiyang seperti di Desa Suro Lembak. Secara umum antara masyarakat Lembak tidak jauh berbeda dengan masyarakat melayu umumnya namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Jika ditinjau dari segi bahasanya antara masyarakat Lembak dengan masyarakat Bengkulu kota (pesisir) terdapat perbedaan dari segi pengucapan katanya dimana masyarakat Bengkulu kata-katanya banyak diakhiri dengan hurup 'o' sedangkan masyarakat Lembak banyak menggunakan hurup 'e', disamping itu dalam beberapa hal ada juga yang berbeda cukup jauh. Masyarakat Lembak seperti juga masyarakat Bengkulu umumnya adalah pemeluk Agama Islam sehingga budayanya banyak bernuansakan Islam disamping itu masih ada pengaruh dari kebudayaan lainnya. Dari sisi adat istiadat antara masyarakat Bengkulu dan masyarakat Lembak ada terdapat kesamaan dan juga perbedaan, dimana ada hal-hal yang terdapat dalam masyarakat Bengkulu tidak terdapat dalam masyarakat Lembak begitu juga sebaliknya termasuk didalamnya adat dalam rangkaian upacara perkawinan dan daur hidup lainnya. Dalam hubungan ini penulis ingin mengungkapkan adat dalam rangkaian upacara-upacara mulai dari lahir, remaja, perkawinan, hingga kematian yang ada dalam masyarakat Lembak atau dikenal dengan istilah daur hidup (Kegiatan adat istiadat sejak proses kelahiran hingga meninggal). Namun demikian dalam kehidupan suatu masyarakat tidak terlepas dari interaksi sehingga masyarakat sebagai suatu sistem sosial senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan, hal ini disebabkan kerena adanya berbagai pengaruh baik internal, eksternal maupun lingkungan yang dikenal dengan pengaruh modernisasi. Begitu juga halnya adat istiadat bukanlah sesuatu yang statis tetapi berkembang mengingikuti perkembangan peradaban manusia, sehingga sedikit banyaknya juga mengalami pergeseran.
Ruang Lingkup
Tulisan ini menggambarkan bagaimana sebenarnya 'adat istiadat yang terdapat dalam masyarakat Lembak serta beberapa variasinya antara suatu wilayah dengan wilayah lain, yang terjadi sejalan dengan perkembangan zaman dengan adanya pengaruh modernisasi sehinggga apa yang ada dalam masyarakat sekarang ini adalah merupakan sebuah proses perkembangan kebudayaan.
Konsep Suku Bangsa
Kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat pendukung dapat berwujud sebagai komunitas Desa, kota, sebagai kelompok kekerabatan, atau kelompok adat yang lain, bisa menampilkan suatu corak yang khas yang terutama terlihat oleh orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Kuntjaraningrat (1983) mengungkapkan bahwa corak khas suatu kebudayaan menghasilkan suatu unsur yang kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk yang khusus; atau karena diantara pranata-pranatanya ada suatu pola sosial yang khusus; atau dapat juga karena warganya menganut tema budaya yang khusus. Corak khas suatu kebudayaan yang ada pada sekumpulan masyarakat itu kita katakan suku bangsa. Untuk lebih jelas dapat dilihat seperti daerah Propinsi Bengkulu terdapat berbagai suku bangsa yang memiliki corak budaya yang khas seperti; Suku Lembak, Rejang, Serawai, Enggano, Pekal, Muko-Muko, Melayu dan lain-lain. Di masing-masing suku bangsa tersebut masyarakat pendukugnya terikat oleh kesadaranan dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Masing-masing suku bangsa tersebut biasanya menempati daerah kebudayaan (Culture Area) yang memiliki kebudayaan yang masing-masing mempunyai beberapa unsur yang mencolok. Ciri-ciri yang dapat dijadikan alasan untuk mengklasifikasikan tidak hanya berwujud kebudayaan fisik, seperti misalnya alat-alat berburu, bertani, senjata, bentuk ornamen perhiasan, bentuk tempat kediaman, melainkan juga kebudayaan yang lebih abstrak dari sistem sosial atau sistem budaya, seperti; unsur-unsur organisasi kebudayaan, upacara keagamaan, upacara perkawinan, cara berfikir dan sebagainya. Suku lembak adalah suku asli di Bengkulu. Ada empat alasan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai alasan bahwa Suku Lembak adalah suku asli di Bengkulu, yaitu:
  1. Suku Lembak mempunyai sejarah kerajaan yaitu Kerajaan Sungai Hitam dengan rajanya Singaran Pati yang bergelar Aswanda,
  2. mempunyai wilayah yang jelas,
  3. mempunyai bahasa yang khas, dan
  4. memiliki kebudayaan baik fisik maun non fisik berupa kesenian dll.
Pengantar
Tulisan ini adalah terjemahan dari naskah berbahasa Melayu yang telah di tulis dan di dibukukan oleh R.H.M Ilyas dalam huruf Arab, kemudian diterjemahkan oleh anak beliau, RM. Yacub ke dalam huruf latin. Dari tulisan ini menggambarkan bahwa Suku Lembak sudah berada di Bengkulu sekitar tahun 1400-an atau sekitar 6 abad yang lalu. Menilik dari sejarah dalam banyak karangan yang berbahasa Inggris maupun Arab Melayu, kami berkeyakinan Suku Lembak termasuk suku yang berada gelombang pertama mendiami dataran Bumi Bengkulu ini. Memang ada beberapa versi yang ditulis baik oleh RM Ilyas maupun oleh Prof Dr. Abdullah Siddik. Terlepas dari itu semua kami ingin mengemukan fakta sejarah bahwa hingga saat ini secara Geografis Kota Bengkulu hampir 70% adalah wilayah marga proatin XII yang tidak bisa disangkal adalah termasuk wilayah masyarakat adat dan ulayat SUKU LEMBAK. (Dapat juga dibaca pada tulisan tentang Tugu Thomas Parr). Selengkapnya kami sajikan terjemahan langsung dari tulisan RHM Ilyas dalam bentuk pasal-pasal, dan anda silakan melakukan kajian dan menyimpulkan sendiri. Sejarah Masyarakat Adat Lembak Bengkulu (Diambil dari beberapa pasal Buku yang karangan oleh R.H.M Ilyas dalam huruf Arab, kemudia diterjemahkan oleh anak beliau, RM. Yacub ke dalam huruf latin)
Pasal 14
Bermula Tuanku Baginda Sebayam itu, ada memelihara Hulubalang 40 orang pilihan. Pada setiap hari bertukar tukar jaga dalam istana Baginda itu. Pada suatu malam Baginda keluar. Maka sembah Hulubalang yang sedang berjalan itu: “Ya Tuanku Syah Alam, ini ada seorang laki-laki baru datang pada malam ini. Dia datang dari Palembang mau menyerahkan diri kebawah duli tuanku, tetapi hamba belum tahu namanya”. Maka orangitu sujud kepada kaki Baginda dan menuturkan segala hal iihwal kedatangannya: adapun patik ini datang dari Palembang dan nama patik SINGARAN PATI asal orang dari Lembak Beliti Tabah pingin Palembang. pada suatu ketika patik kena fitnah. Kata orang patik berbuat jahat dengan anak perempuan anak mamak patik. Patik mau dibunuh oleh mamak patik. Rasanya patik tidak dapat meloloskan diri, maka patik menikamnya terlebih dahulu, lalu ia mati . maka orang Pedusunan sepakat mengatakan patik sudah melakukan dua kesalahan.lalu patik dihantar kepada sultan Palembang. Mendapat hukuman menjadi budak raja seumur hidup. Maka patik diperintahkan menjadi Sultan Penunggu Indah Larangan. Maka patik bergelar ISWANDA
Pasal 15
Pada suatu hari anak Sultan yang bernama PUTERI SINARAN BULAN yaituremaja puteri yang cantikparasnya, turun mandi di indah larangan itu. Tiba-tiba takdir Allah S.w.t disambar oleh buaya hidung kajang besarnya. Maka gegerlah segala isi Negeri.

setelah orang –orang besar bermufakat berdasarkan titah Sultan, tidak bisa di tolak saya disuruh membunuh buaya itu. Karena itu kesalahan saya kurang hati-hati menjaga Indah larangan itu. Maka saya meminta untuk mengumpulkan segala senjata yang ada di Palembang. Setelah semuanya terkumpul, maka saya serakkan dengan beras sudah dikunyiti dipanggil ayam makan beras itu. Ada sebuah keris kecil yang sudah berkaratsejengkal panjang matanya dimakan ayam, lalu ayam itu mati. Dengan seketika itu pula keris tersebut yang saya bawa menyelam kedalam sungai Palembang. Setelah bertemu dengan Buaya itu, lalu saya tikam. Lukanya cuma sedikit , tapi Buaya itu langsung mati. Dan bangkainya lamgsung merapung diatas air. Dari keris yang saya bawa menyelam itu, saya sembunyikan dibawah Indah Larangan antara air dengan darat. Kemudian saya menghadap junjungan Sultan untuk mengatakan kalau Buayanya sudah mati, tetepi keris penikamnya hilang. Kaya Sultan , apa boleh buat asal mati Buaya itu tak apalah. Buaya itu dibelah perutnya oeh orang-orang , terdapat didalam perutnya mayat sang Puteri sepwerti orang tidur saja. Tidak ada yang cacat sedikitpun dari tubuhnya. Hanya sekedar jiwanya saja yang hilang dari raganya. Pada malamnya saya lari membawa keris itu menuju kehulu Palembang. Dengan maksud ingin kembali kedusun saya. Kemudian saya sadar kalau masih berada dalam kawasan Palembang pasti akan dapat oleh Sultan. Sebab itulah maka saya llri kebawah duli Yuanku disini minta hidup kepada tuanku.
karena hamba lari dari rumah Raja, sekarang hamba kerumah Raja disini. Hamba serahkan jiwa hamba kepada Tuanku. Dari keris si Kuku Gagak penikam Buaya itu, ini hamba persembahkan untuk Tuanku. Setelah baginda mendengar segala cerita Iswanda maka bertanya: “apa kedudukanmu di Dusun mu? Jawab Iswanda: “kalau suku patik ialah pesirah didalam Marga Dusun Taba Pingin”. Maka tinggallah Iswanda dibawah perintah hulubalang Tuanku baginda Sebayam. Lama kelamaan banyaklah pengabdian Iswanda kepada baginda. Mana pekerjaan yang sukar- sukar tidak dapat dikerjakan oleh orang lain maka Iswandalah yang mengerjakannya. Adalah sifat Iswanda menurut adat seorang hamba dengan Tuannya bila dipanggil datang, disuruh pergi, ditegah diam. Baginda terlalu sayang padanya. Lama kelamaan maka Iswanda diangkat oleh Baginda menjadi anak. Anak satu menjadi dua anak 2 menjadi 3 sebaik seburuk dengan anak cucu Tuanku Baginda Sebayam.
bersumpah setia dengan seberat- beratnya. Sesekali tidak boleh lancung aniaya kedua pihak. Siapa yang mungkir janji dimakan sumpah, dikutuk bisa kawi, dikutuk Qur’an 30 juz jatuhlah murka allah dengan seberat-beratnya, Kalau hilang sama dicari, terbenam sama diselam, selama air hanyut, selama gagak hitam, tidak lapuk di hujan, tidak lekang dipanas selama-lamanya.
PASAL 16

Setelah Iswanda diangkat menjadi anak oleh Tuanku Baginda Sebayam, maka ia diberisebidang tanah. Yaitu antara Sungai Bengkulu dengan Sungai Hitam kehulunya hingga Air Rena Kepahyang, Kehilir Pesisir Laut. Inilah batas tanah yang diberi Tuanku baginda Sebayam kepada Iswanda yang diangkat menjadi anaknya.
Pasal 17

Maka kedengaran khabarnya kepada adik sanak Iswanda mengatakan Iswanda sudah diangkat anak oleh raja Bengkulu. Banyklah mereka itu datang dari Lembak Beliti menurut Iswanda. Apabila sudah banyak familinya, mak Iswanda suruh cincang lati di Pungguk Beriang namanya di Pinggir Air Sungai Hitam. Tempat itulah mula-mula Iswanda membuat Dusun. Duduklah ia memerintah tanah bumi yang sudah dikasih oleh Tuanku baginda Sebayam. sebab inilah ia bernama Raja Sungai Hitam. Karena diam di pinggir Air Sungai Hitam. Apabila Iswanda sudah tetap berdusun dan memerintah, makin bertambah-tambah juga datang kaum kerabatnya. Maka bertambahlah Dusunnya.demikianlah adanya dibuat pada tahun 938 Hijrah.
Pasal 18

Setelah wafat Baginda Sebayam, beliau diganti dengan anaknya yang bernama Baginda Senanap yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa ini data lagi seorang dari Tabah Pingin yang bernama Abdus Syukur, seorang ulama. Dia menemui Baginda Senanap, kemudia beliau disuruh menemui Iswanda, karena Abdus Syukur juga masih kerabat Iswanda. Abdus Syukur inilah yang menjadi asal nenek moyang orang Pagardin yang mula-mula menyiarkan Agama Islam di Sungai Hitam sampai ke Lembah Delapan. Abdus Syukur sering disebut dengan Tuan Tue (dimakamkan di Dusun Paku Aji)
Pasal 19

Kemudian datang juga orang dari Lembak Beliti, yaitu Jukuang, Jakat, Darti dan Lubuk Bisu. Mereka menemui Raja Sungai Lemau, buat minta lahan sebagai tempat tinggal. Akhirnya mereka disuruh tinggal di dipinggi Air Bengkulu sebelelah kiri mudik, yang juga termasuk lahan yang diberikan kepada Iswanda. Mereka inilah yang menjadi Nenek moyang orang Marga Mentiring.
Pasal 20

Setelah wafat Paduka Baginda Muda, maka beliau digantikan oleh anaknya yang bernama Tuanku Baginda Kembang Ayun (dimakamkan di Kembang Ayun), kemudian digantikan anaknya Tuanku Baginda Burung Binang. Saat tuan Baginda Burung Binang memerintah datang dua orang Suami Istri, Suaminnya Orang Rejang, sedang Istrinya orang Lembak. Ke datangannya juga meminta lahan, akhirnya diberikan lahan di kuala Air Palik Persembahannya adalah seekor kerbau bertali rambut, diikat di batang cekur di halaman tempat tuanku Burung Binang (Kubur Tuanku Burung Binang diseberang Ds Kederas Lama). Dia diangkat menjadi Pembarab, tetapi bukan pembarab dibawah pasirah, melainkan Pembarab dibawah raja yang sama kedudukannya dengan pasirah, serta dikurnia pula sedikit angkatan/pasukan. Jika kerja baik atau kerja buruk, boleh dia memakaialam halilipan, karena balasan persembahannya itu. Dialah asal nenek moyang orang Lubuk Tanjung.
Pasal 21


Pada saat itu datang juga orang dari Muara Lakitan, Lembak Darat laki-laki dan perempuan dari kaum kerabat Iswanda, pada saat itu Iswanda sudah meninggal.Mereka meminta lahan kepada Raja Sungai Lemau, kemudia diber oleh Tuanku Baginda tanah dipinggir air Bengkulu disebelah kanan mudik dan disebelah hulu hingga air Lapur. Mereka inilah menjadi nenek moyang orang Porwatin dua belas tepi air.
SUKU LEMBAK SAAT INI
Suku Lembak adalah Suku Asli Kota Bengkulu (Suku lain adalah Melayu Bengkulu). Masyarakat Lembak tersebar di Empat Kecamatan yang ada di Kota Bengkulu, sebagian besar tinggal di:Kecamatan Gading Cempaka yaitu :
  • Kelurahan Jembatan Kecil,
  • Panorama,
  • Dusun Besar dan Jalan Gedang;
di Kecamatan Selebar meliputi:
  • Desa Pagar Dewa,
  • Sukarami,
  • Pekan Sabtu,
  • Betungan, dan
  • Desa Kandang,
Di Kecamatan Teluk Segara meliputi:
  • Kelurahan Sukamerindu,
  • Desa Tanjung Agung,
  • Tanjung Jaya,
  • Semarang, dan
  • Surabaya,
di Kecamatan Muara Bangkahulu meliputi:
  • Desa Bentiring dan
  • Pematang Gubernur dan sekitarnya.
Sebagian Besar juga tinggal diwilayah pemakaran dari kelurahan dan desa tersebut. Disekitar Kota Bengkulu, Suku Lembak tinggal hampir disemua Desa yang ada di Kecamatan Talang Empat, Karang Tinggi, Taba Penanjung dan Pondok Kelapa. Di Rejang Lebong masyarakat Lembak banyak mendiami Padang Ulak Tanding, Kota Padang dan Sindang Kelingi. Di Kepahiyang masyarakat Lembak diperkirakan mencapai 15% dari penduduk Kabupaten tersebut.

Helmi Didaulat Suku Lembak


BENGKULU, BE – Walikota Bengkulu H Helmi Hasan SE yang juga sekaligus Ketua DPW PAN Provinsi Bengkulu, didaulat oleh warga Suku Lembak sebagai bagian dari anggota keluarga mereka. Dengan pendaulatan ini, praktis Helmi menjadi bagian yang integral dari keluarga besar Suku Lembak Kota Bengkulu. “Dengan bergabungnya walikota ini, secara otomatis dia menjadi satu kesatuan dengan keluarga kami. Bila dia sakit atau disakiti, maka kami akan ikut merasakan sakit. Bila dia senang atau disenangi, maka kami akan ikut merasakan senang,” kata salah seorang tokoh masyarakat Suku Lembak Kota Bengkulu, Drs H Zulkarnain Dali MPd, dalam acara pagelaran sarafal anam, di halaman lapangan Pesantren Pancasila, pagi kemarin.
Sebagai salah satu suku yang cukup eksis di Kota Bengkulu, Wakil Rektor IAIN Bengkulu ini melanjutkan, Suku Lembak akan senantiasa mendukung program Pemerintah Kota. Menurutnya, hubungan antara masyarakat Lembak di Kota Bengkulu dengan pemerintah selama ini terbangun dengan harmonis.
“Kami mengucapkan selamat HUT Kota yang ke 295. Penduduk kami, penyumbang 60 persen kebutuhan beras di Kota Bengkulu saat panen. Inilah partisipasi kongkrit kami. Dan eksistensi kami ini cukup diterima oleh MUI, NU, maupun Muhammadiyah. Karenanya kami berharap sinergisitas antara masyarakat Lembak dengan Pemerintah Kota dapat semakin baik lagi,” sampainya.
Sementara Helmi, saat diwawancarai, mengatakan, ia selama ini memiliki hubungan yang erat dengan warga Suku Lembak. Dalam setiap kesempatan, ia selalu berupaya untuk menjalankan apa yang menjadi aspirasi masyarakat Lembak. “Ulama Lembak ingin masjid makmur, setiap Rabu, tidak kurang dari 5 ribu jamaah yang salat di Majid Akbar Attaqwa. Masyarakat Lembak butuh modal, kita berikan Satu Miliar Satu Kelurahan (Samisake). Jalan sebentar lagi kita buat mulus. Dulu heboh-heboh BLT, kita redam dengan BLA atau Bantuan Langsung dari Allah SWT,” katanya.
Helmi juga berkomitmen akan meningkatkan partisipasi Pemerintah Kota dalam upaya meningkatkan pelestarian kebudayaan Suku Lembak. Salah satunya, ia akan mendorong agar alokasi anggaran untuk kegiatan kesenian Suku Lembak ditingkatkan 100 persen dari yang pernah diberikan sebelumnya. “Terus terang, kita tidak suka dengan musik yang geal-geol tidak jelas. Kita mau budaya kita yang asli terjaga. Dengan demikian, kita tidak perlu mempelajari kebudayaan kita sendiri hingga ke Malaysia,” tukasnya.
Pantuan dilapangan, kegiatan ini berlangsung semarak. Sebanyak 2 ekor sapi disajikan untuk sekitar 200 tokoh Suku Lembak yang hadir saat itu. Selain musik-musik khas Suku Lembak, kegiatan ini juga diisi dengan acara ramah tamah
Sumber: http://bengkuluekspress.com/helmi-didaulat-suku-lembak/

Minggu, 20 Maret 2016